Minggu, 14 Desember 2014

Kebudayaan

Kebudayaan

A.     Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk). Kebudayaan=cultuur (bahasa belanda)=culture (bahasa inggris)=tsaqafah (bahasa arab), berasal dari perkataan latin : “colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
1.       Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
2.       Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B.      Unsur-Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah :
1.                  Kesenian
2.                  Sistem teknologi dan peralatan
3.                  Sistem organisasi masyarakat
4.                  Bahasa
5.                  Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
6.                  Sistem pengetahuan
7.                  Sistem religi

C.      Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1.Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-nilai,norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau disentuh.
2.Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
3.Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.



 Kebudayaan Yang Berasal Dari Kebumen

 “Lawet”

Tari lawet merupakan tari yang berasal dari Kebumen, penciptanya ialah  Sardjoko yang lahir di Klaten tanggal 4 Agustus 1949. Tari lawet mulai diciptakan bulan Februari 1989, dikarenakan bupati menghendaki adanya tarian masal khas Kebumen pada pembukaan Jambore Daerah tingkat Jateng di Widoro, maka mulai diciptakan Tari Lawet yang ditarikan kurang lebih 200 orang penari. Tari Lawet merupakan refleksi budaya dari ciri khas Kebumen yang terkenal dengan sarang burung lawetnya. Sebelum membuat, beliau melakukan survey ke Karang bolong untuk mendapatkan inspirasi. Beliau melihat air samudra, orang yang sedang memanjat, gerak lincah burung Lawet yang sedang terbang. Burung lawet termasuk burung kebanggaan Kebumen yang dapat menghasilkan sarang burung lawet yang harganya sangat mahal. Gerakan tari lawet lincah dan ceria, sesuai dengan burung lawet tersebut. Makna tari lawet yaitu menggambarkan kehidupan burung yang berusaha hidup untuk mencari makan sehari-hari. Gerakan tari lawet antara lain: ngulet/angklingan, didis, loncat egot, lenggut, ukel nyutuk, lincah nyucuk, kepetan.

Musik iringan tari lawet disebut “Lawet Aneba“ (Laras Pelog Patet Barang). Berikut adalah syairnya :“bambang wetan pratandha wis gagat enjang. Sesamberana rebut marga mbarubut saking gua Karang bolong peksi lawet ireng menges wulune cukat trengginas katon gembira aneg luhuring samudra gung ngupa boga tumekaning surya anda lidir pra lawet bali maring gua”. Syair tersebut menceritakan tentang burung Lawet pada waktu bangun tidur lalu keluar gua untuk mencari makan. Sardjoko berharap agar tari lawet bisa berkembang pesat di Kebumen dan banyak disukai masyarakat, terutama anak putri. Sardjoko merancang kostum tari lawetnya sendiri.

 Kostum tari Lawet yang lengkap yaitu:
(1) Jamang dan Garuda Mungkur, bentuknya burung lawet,warnanya kuning emas.
(2) Baju, berwarna hitam dibagian depan berseret putih.
(3) Celana berwarna hitam.
 (4) Sayap warnanya hitam bergambar bulu.
(5) Kalung Kace, warna dasarnya merah dihiasi dengan warna kuning emas.
(6) Stagen/benting/sabuk berwarna Merah.
(7) Slepe, warna dasarnya merah dihiasai kuning emas.
(8) Ancal, warna dasarnya merah dihiasi kuning emas.
(9) Rampek, warnanya biru,menggambarkan pancaran air laut.
(10) Sonder, warnanya putih,garis tepinya biru,bergambar lekukan bagaikan gelombang   laut.
(11) Ringgel/gelang kaki, berwarna kuning emas.

“Cepetan”
        Tarian adat “Cepetan”, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah merupakan salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan agar tidak punah. Tari ini merupakan tari yang melambangkan kejadian di masa lalu. Tari ini biasanya juga diadakan untuk menyambut tamu-tamu pemerintahan yang ke sana. Intinya tarian “selamat datang” untuk tamu-tamu yang berkunjung ke kebumen. Tari ini juga biasanya dipentaskan pada acara suran yaitu acara tahunan yang diselenggarakan untuk slametan desa dilaksnakan oleh pemerintah daerah dan dibantu oleh dinas pariwisata dan dinas-dinas yang terkait, tujuannya adalah untuk menyelamati sebuah desa dan juga untuk menarik wisatawan berkunjung serta memperkenalkan dan melestarikan budaya daerah sehingga masyarakat luar juga mengetahui budaya dari daerah lain. Hal tersebut akan memperkaya budaya nasional bangsa kita.


Sumber
http://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
http://anizaambarwati.wordpress.com/2012/11/19/tari-lawet/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar